Asal Mula Pembentukan
Grafit dan intan adalah
dua mineral yang paling menarik. Bagaimana tidak, secara kimiawi mereka sama,
tetapi secara fisik mereka beda bagai bumi dan langit (keduanya dibentuk di
bumi, bukan dari langit, kecuali hujan intan yang mengguyur planet saturnus dan
jupiter). Grafit dan intan sama-sama tersusun dari atom karbon C. Yang membuat
mereka begitu berbeda secara fisik adalah struktur kristalnya. Inilah yang
disebut dengan polimorf atau alotrop. Jadi sekarang jelas bahwa grafit dan
intan merupakan suatu alotop karbon (Alotrop karbon yang lain adalah Lonsdaleite,
C60 atau Buckminsterfullerene atau buckyball, C540, C70,
Amorphous carbon, dan single walled carbon nanotube atau buckytube).
Bagaimana asal mula
pembentukan grafit dan intan?
Mari kita simak menurut beberapa sumber yang telah saya dapatkan…
|
Graphite and diamond |
Grafit
Grafit berasal dari
pelapukan sisa-sisa kehidupan, prosesnya disebut dengan metamorfogenik. Pada
gambar, kita lihat bahwa tumbuhan yang mati akan menjadi endapan yang disebut
gambut (peat). Seiring lamanya waktu, kedalaman lapisan bumi, serta peningkatan
tekanan dan suhu, maka gambut tadi akan bertransformasi menjadi batuan sedimen
organik, yaitu lignite (batu bara coklat/brown coal). Dari
lignite berubah menjadi coal (batu bara hitam/black coal). Coal tersusun
menjadi beberapa bentuk mineral, dari lapisan atas ke bawah, yaitu sub-bituminous,
bituminous, dan anthracite.
|
Proses metamorfogenik batuan sedimen organik coal menjadi graphite |
Di kedalaman 7-8 km dari permukaan bumi (kerak bumi), suhu mencapai
2000C-5000C dan tekanan sekitar 0,4-0,5 GPa (3947.69-4934.61 atm) merubah coal anthracite menjadi
grafit.
Sumber lain mengatakan
bahwa grafit dapat berasal dari intan. Intan yang tidak segera dikeluarkan dari
magma, akan terus panas dan bertransformasi menjadi grafit (prosesnya disebut kontak
magmatik). Sumber yang lain juga bilang bahwa selain berasal dari batuan sedimen, grafit dapat berasal dari batuan
beku dan metamorf. Menurut Kuzvart (1984) grafit terjadi melalui proses
magnetik awal, kontak magmatik, hidrotermal, metamorfogenik, dan residual.
Wah... ternyata ada
banyak asal dan proses terbentuknya grafit.
Menambang grafit
umumnya dengan dua cara, yaitu open pit mining dan underground mining. Open pit
mining dilakukan jika deposit grafit berada dekat permukaan bumi, yaitu dengan
cara mengebor atau meledakan (pake dinamit) tanah dan batu yang menutup deposit
grafit. Deposit grafit kemudian diambil dan discreening menggunakan tangan
(tenaga manusia). Cara lain, yaitu dengan menggilas deposit grafit sampai
hancur lalu diapungkan. Grafit yang terapung kemudian diambil.
|
Penambangan grafit dengan open pit mining |
Underground mining
dilakukan jika deposit grafit berada jauh di dalam tanah. Untuk mengambilnya
yaitu dengan cara mengebor atau menggali tanahnya sampai dalam, vertikal maupun
horizontal membentuk terowongan. Diperlukan peralatan berat untuk memasukkan
dan mengeluarkan manusia beserta grafit yang ditemukan di dalam terowongan.
|
Penambangan grafit dengan underground mining |
Ada tiga jenis
grafit (flake <terjadi karena
terisolasi, bentuknya pipih terdapat di dalam batuan metamorf sebagai deposit,
5-40% C setelah floating dan beneficiation menjadi 80-98% C>, amorphous <terbentuk dari proses
metamorfogenik batubara, 25-85% C>, dan grafit lump
atau vein <terbentuk dari proses hidrotermal berasal dari deposit minyak
mentah pada celah retakan yang panjang, 90-99% C>) berdasarkan asal dan
prosesnya yang bermacam-macam itu, sehingga keberadaannya pun berbeda-beda.
Grafit flake dan amorphous ditambang
secara open pit, sedangkan grafit lump yang diyakini ditambang secara
underground.
Ada banyak cara membuat grafit sintetis. Grafit
sintetis pertama kali dibuat oleh Edward Goodrich Acheson pada 1890-an, dengan
cara memanaskan campuran tanah liat (aluminium silicate) dengan karbon menghasilkan kristal biru silicon carbide
(SiC) atau disebut carborundum. Kemudian Acheson mencoba lagi dengan memanaskan
silicon carbide. Silicon yang menguap pada suhu 41500C, meninggalkan
hanya karbon grafit. Penemuan grafit sintetis oleh Acheson dipatenkan untuk
diperbanyak pada skala industri menjadi produk komersial sebagai pelumas
kering. Grafit juga bisa dibuat dari batu bara (coal) pada skala laboratorium
membutuhkan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi. Contohnya anthracite
membutuhkan suhu 9000C dan tekanan 1 GPa (9869.23
atm) atau 30000C
pada ruang hampa untuk mengalami proses grafitisasi.
Intan
Grafit dapat
berubah jadi intan. Di bawah
permukaan bumi, kedalaman 100-200 km (mantel bumi), pada batuan cair (magma) yang
bersuhu 900 - 13000C dan bertekanan 45-60 kilobar (44411.5
- 59215.4 atm) adalah kondisi yang tepat untuk mengubah grafit (atau mineral
karbon murni yang lain) menjadi intan.
|
Pembentukan intan (sumber: American Museum of Natural Hystory, Aushton Mining Canada) |
|
| |
|
Erupsi magma yang
sangat kuat membawa batuan vulkanik (kimberlite atau lamporite) yang mengandung
intan ke permukaan bumi dengan kecepatan erupsi 10-30 km/jam (Eggler,1989) dan
akan semakin cepat jika telah mendekati permukaan. Jalannya erupsi magma membentuk
pipa vulkanik. Pipa vulkanik
inilah yang merupakan lokasi sumber intan pertama. Bebatuan yang mengandung
intan pada sedimen di atas pipa vulkanik dapat mengalami proses geologi
lanjutan berupa pengangkutan oleh air atau glacier, sehingga terbawa jauh dari
tempat asalnya dan kemudian terendapkan di dasar sungai (deposit aluvial).
Bebatuan terkikis, tetapi intan tidak, maka intan ditemukan di dasar sungai
atau tepiannya dalam bentuk kerikil kecil atau bahkan bongkahan.
Proses naiknya intan ke permukaan bumi melalui pipa vulkanik dapat dilihat pada video di bawah ini.
Pipa vulkanik yang
mengandung intan disebut pipa kimberley dan bebatuannya disebut kimberlite, dinamakan
demikian sesuai dengan tempat mereka pertama kali ditemukan, yaitu di Kimberley, Afrika Selatan. Pipa vulkanik
di Australia ditemukan jenis batuan yang lain disebut lamporite (jenis
mineralnya beda dengan kimberlite).
Penambangan intan dilakukan dengan cara digali,
baik secara manual maupun dengan mekanisasi. Sekarang kebanyakan para penambang
intan sudah menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin penyedot untuk menyedot
tanah yang sudah digali, seningga meninggalkan lubang yang besar dan dalam.
|
Penambangan intan |
Kini intan sintetis dapat diproduksi dengan metode antara
lain HPHT (High Pressure High Temperature) dan CVD (Chemical Vapor Deposition).
Pembuatan intan dengan metode HPHT dilakukan
pertama kali oleh oleh James B. Hannay pada 1879 dan Ferdinand F. H. Moissan
pada 1893. Metode mereka memanaskan grafit dan besi dalam wadah peleburan dengan
suhu di atas 35000C pada tungku pembakaran. Hannay memanaskannya
dengan api, sedangkan Moissan dengan pancaran listrik. Besi yang meleleh didinginkan
secara cepat oleh air. Reaksi pendinginan ini menghasilkan tekanan yang tinggi,
menciptakan suatu kondisi yang dibutuhkan oleh grafit untuk berubah menjadi
intan. Sekarang metode HPTP menggunakan peralatan yang lebih canggih dengan
biaya reproduksi yang lebih murah, cukup dengan tekanan 5 GPa atau 49346.16 atm dan temperatur 15000C.
Pada tahun 1950-an, penelitian dilakukan di Uni
Soviet dan USA membuat intan sintesis menggunakan metode CVD, yaitu dengan pirolisis
gas hidrokarbon pada suhu dan tekanan relatif rendah (8000C dan 27 kPa atau 0.266 atm). Metode CVD memberikan
keunggulan yang lebih, daripada HPHT, tetapi saat ini masih populer dilakukan untuk skala
laboratorium saja.
Sumber:
http://nature.berkeley.edu/classes/eps2/wisc/Lect6.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Graphite
http://en.wikipedia.org/wiki/Diamond
http://en.wikipedia.org/wiki/Synthetic_diamond
http://www.ehow.com/how-does_4964380_how-mineral-graphite-formed.html
http://www.ehow.com/info_10041885_graphite-extracted.html
Kolloquium
Elektromagnetische Tiefenforschung, Burg Ludwigstein, 1.10.-5.10.2001, Hrsg.:
A. Hördt und J. B. Stoll