Tidak ada metode
kontrasepsi “terbaik”. Masing-masing metode memiliki keuntungan dan kerugian,
bahkan pro dan kontra (beberapa ulama agama Islam melarang pemakaian beberapa
metode kontrasepsi yang bekerja mencegah implantasi embrio). Para orangtua perlu
mengontrol kapan dan berapa jumlah anak yang ideal bagi mereka. Namun, mengontrol
kelahiran tidaklah mudah karena ada banyak hal yang harus dipikirkan. Para
orangtua sebaiknya mempelajari metode-metode kontrasepsi agar dapat memilih
mana yang paling tepat menurut kondisi pasangan serta keluarga. Jika mengalami
kesulitan untuk mengambil keputusan, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
atau petugas KB.
Sebelum memilih
metode kontrasepsi, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Kesehatan
Seberapa sering melakukan kegiatan seksual
Jumlah pasangan seks yang dimiliki
Keinginan untuk memiliki anak dikemudian hari
Seberapa efektif masing-masing metode
kontrasepsi bekerja
Kemungkinan efek samping
Tingkat kenyamanan ketika menggunakan metode kontrasepsi
Perlu diketahui
bahwa metode kontrasepsi yang paling efektif pun bisa saja gagal, sehingga
menyebabkan kehamilan (kecuali metode kontrasepsi permanen). Namun, peluang
gagal tersebut rendah jika metode digunakan secara benar.
Berbagai metode
kontrasepsi dikelompokan menjadi 7 menurut cara kerjanya, yaitu:
1.
Berpantang
Seks (Continuous Abstinence)
Tidak melakukan kegiatan seksual sama sekali. Ini adalah
satu-satunya cara untuk mencegah kehamilan dan melindungi diri dari Penyakit Menular
Seksual (PMS), termasuk AIDS (jika diidap oleh pasangan).
2.
Keluarga
Berencana Alami (Natural Family Planning)
Berpantang Seks Berkala/Metode Kalender
(Periodic Abstinence/Calender Method)
Tidak melakukan kegiatan seksual pada masa subur wanita (5 hari sebelum dan 3 hari setelah ovulasi).
Bila
siklus menstruasi teratur (28 hari)
Hari pertama menstruasi dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa subur adalah hari ke-9 sampai hari ke-17. Karena hari ke-14 kemungkinan
sedang terjadi ovulasi.
Bila
siklus menstruasi teratur tetapi bukan 28 hari
Harus ditentukan dulu hari terjadinya ovulasi atau hari paling
subur (wettest day), yaitu ketika lendir serviks (cervical mucus) yang keluar
dari vagina agak banyak, jernih dan licin seperti putih telur mentah. Hari
pertama ovulasi juga ditandai dengan naiknya suhu tubuh (lihat
grafik suhu tubuh pada gambar di atas). Jika sudah diketahui hari keberapa
terjadinya ovulasi, maka masa subur dapat ditentukan.
Bila
siklus menstruasi tidak teratur
Bisa dengan cara di atas, yaitu dengan mengetahui
kapan terjadinya ovulasi atau dengan cara lain, yaitu:
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus menstruasi
dikurangi 18 (Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur). Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11 (Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur.
Contoh:
Seorang wanita setelah mengamati 6 kali siklus menstruasinya,
mengetahui siklus terpendek selama 25 hari dan terpanjang 30 hari.
25 – 18 = 7
30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya kira-kira mulai dari hari ke-7 sampai
hari ke-19.
Withdraw
Metode ini
dilakukan dengan cara menarik keluar penis dari vagina sesaat sebelum ejakulasi
terjadi.
3.
Metode
Penghalang
Metode penghalang berfungsi agar sperma tidak bertemu
ovum, tanpa harus mencegah ovulasi. Metode ini akan lebih efektif jika
digunakan bersama dengan spermisida.
·
Diafragma,
Cap, dan Shield
Diafragma dan cap serviks
terbuat dari latex, hadir dalam berbagai ukuran, sehingga perlu bantuan dokter
atau ahlinya untuk fitting sesuai ukuran serviks calon pengguna. Shield serviks
terbuat dari silicon, hanya ada satu ukuran saja, sehingga tidak perlu fitting.
Ketiga alat ini berfungsi untuk menutup serviks, mencegah sperma bertemu ovum.
Penggunaannya akan lebih baik jika ditambah dengan jel spermisida (Nonoxynol-9
yang berfungsi membunuh sperma). Spermisida dapat berupa jel, busa, krim, atau
suppositoria. Ketiganya harus dilepaskan 6-8 jam setelah melakukan kegiatan seksual.
Paling lama 24 jam untuk diafragma dan 48 jam untuk cup dan shield.
·
Spons
Kontrasepsi
Spons kontrasepsi
terbuat dari busa polyurethane yang mengandung spermisida. Sama seperti
diafragma, digunakan untuk menutupi serviks, sehingga sperma tidak bertemu ovum.
Spons efektif untuk kopulasi yang terjadi lebih dari satu kali. Spons harus
dilepaskan 6 jam setelah melakukan kegiatan seksual atau paling lama 30 jam.
·
Kondom Pria
dan Wanita
Kondom pria dapat terbuat
dari latex, polyurethane atau membran usus domba (tidak melindungi dari PMS) yang
dilumasi dan ada juga yang tidak. Kondom wanita terbuat dari karet yang
dilumasi. Fungsi kondom yaitu sebagai wadah sperma, menghalangi sperma menuju
ovum.
Penggunaan spermisida
sebagai tambahan pengaman dapat dilakukan dengan cara mengoleskannya pada
vagina wanita jika pasangan prianya yang menggunakan kondom atau mengoleskannya
pada kondom wanita jika pasangan wanitanya yang menggunakan kondom.
Ganti dengan kondom
baru setiap kali berkopulasi dan segeralah melepaskan kondom setelah melakukan
kegiatan seksual.
4.
Metode
Hormonal Tanpa Implan
Penggunaan hormon bertujuan agar ovarium tidak
melepaskan ovum (mencegah ovulasi). Tidak hanya itu, hormon juga menyebabkan
perubahan pada lapisan dinding rahim dan mempertebal lendir serviks yang
berfungsi sebagai penghalang sperma bertemu ovum (sebagai pengaman ekstra jika
ovulasi tetap terjadi).
·
Pil KB
(Oral Contraceptives – Pill)
Pil yang
mengandung hormon progestin atau kombinasi progestin dan estrogen diminum secara rutin
untuk mencegah ovulasi.
·
Patch
Patch ditempel
pada kulit wanita (perut, bokong, lengan atau punggung). Patch melepaskan
hormon progestin dan estrogen menembus kulit ke aliran darah. Patch diganti
seminggu sekali selama 3 minggu. Minggu ketika menstruasi terjadi tidak perlu
menggunakan patch.
·
Injeksi
Injeksi dilakukan
dengan cara menyuntikan hormon progestin pada lengan atau bongkong setiap 3
bulan sekali. Tidak dianjurkan melakukan injeksi progestin berturut-turut selama
2 tahun karena menyebabkan kepadatan tulang berkurang
·
Vaginal
Ring
Ring yang
diletakan dalam vagina, melepaskan hormon progestin dan estrogen. Vaginal ring
digunakan selama 3 minggu. Minggu ketika menstruasi, vaginal ring dikeluarkan.
Setelah menstruasi, gunakan vaginal ring yang baru.
5.
Peralatan
Implan
Prinsip kerja kebanyakan peralatan implan sama dengan
metode hormonal, yaitu melepaskan hormon tertentu bertujuan untuk mencegah
ovulasi dan menghalangi sperma bertemu ovum. Peralatan implan yang disebut IUD,
selain bertujuan seperti yang disebut di atas, juga dapat mencegah implantasi
embrio jika ternyata ovulasi tetap terjadi dan sperma berhasil bertemu ovum.
·
Rod
Implan
Rod berbentuk
batangan yang diletakan di bawah kulit lengan atas. Rod implan melepaskan
hormon progestin. Implan ini efektif digunakan selama 5 tahun.
·
Chip Kontrasepsi
Sebuah chip komputer kontrasepsi yang dapat dikontrol dengan
remot telah dikembangkan oleh sebuah perusahaan di Massachusetts, USA (didukung
oleh Bill Gates). Chip dimplan di bawah kulit wanita, melepaskan hormon levonorgestrel
setiap hari selama 16 tahun dan dapat dihentikan sewaktu-waktu dengan
menggunakan remot kontrol. Chip kontrasepsi akan dites pra-klinis di USA tahun
depan dan mungkin akan dipasarkan pada tahun 2018.
·
IUD
(Intrauterine Device)
Bentuk IUD seperti
T yang diletakan di dalam uterus, ada 2 tipe:
IUD tembaga
Melepaskan tembaga dalam jumlah yang sedikit untuk mencegah
sperma bertemu dan membuahi ovum atau bahkan jika pembuahan tetap terjadi, maka
IUD dapat mencegah implantasi embrio. IUD tembaga digunakan selama 5-10 tahun
IUD hormonal
Melepaskan progestin atau levonorgestrel
untuk mencegah ovulasi, fertilisasi (pembuahan), dan implantasi embrio. IUD
hormonal digunakan selama 5 tahun.
6.
Metode
Kontrasepsi Permanen
Mencegah sperma bertemu dengan ovum secara permanen.
·
Sterilisasi
dengan Implan (Essure)
Essure adalah
metode sterilisasi non-pembedahan pertama pada wanita. Bentuk alatnya seperti
pegas yang dimasukkan dari vagina menuju tuba falopi. Essure bekerja dengan
cara menyebabkan luka pada jaringan, sehingga jaringan baru yang tumbuh
menutupi luka serta gulungan pegas membentuk sumbatan pada tuba falopi. Setelah
pemasangan pegas, dibutuhkan waktu 3 bulan sampai jaringan baru tumbuh pada
bekas luka.
·
Sterilisasi
dengan Pembedahan
Tuba Ligation
Bagi wanita, yaitu dengan cara menutup saluran tuba
falopi dengan cara dipotong kemudian diikat, disegel dengan pemanas, diblok
dengan gelang plastik, atau diblok dengan klip.
Vasectomy
Bagi pria, yaitu dengan cara memotong vas deferens
kemudian disegel. Vasectomy menyebabkan cairan ejakulat tidak mengandung sperma.
Setelah vasectomy, dibutuhkan waktu 3 bulan sampai benar-benar tidak ada
lagi sperma yang tertinggal dalam sistem saluran vas deferens bagian atas.
7.
Pil
KB Darurat (Emergency Contraception Pills)
Kontrasepsi darurat ini adalah pil yang mengandung hormon
levonorgestrel (tersedia di Indonesia dengan merek dagang Pil KB Andalan
Postpil). Bekerja dengan cara mencegah ovulasi atau mencegah sperma menuju ovum.
Berbeda dengan pil KB biasa, kontrasepsi darurat tidak perlu digunakan rutin. Cukup
minum satu atau dua pil sesegera mungkin setelah melakukan kegiatan seksual
tanpa kontrasepsi (tanpa pengaman) atau paling lambat 72 jam.
Sumber:
U.S. Department of
Health and Human Services Office on Women’s Heath. http:www.womensheath.gov
http://plannedparenthoodosbc.org/services/cont_abstinence.asp
http://www.bbc.com/news/technology-28193720#FBM386927
http://www.lusa.web.id/metode-kalender-atau-pantang-berkala-calendar-method-or-periodic-abstinence/